简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Hak atas fotoTomohiro Ohsumi/Getty ImagesImage caption Sebagian warganet, kebanyakan perempuan, meny
Hak atas fotoTomohiro Ohsumi/Getty ImagesImage caption Sebagian warganet, kebanyakan perempuan, menyatakan bahwa percakapan dengan orang asing, terutama dengan laki-laki, di angkutan umum kerap berujung ke pelecehan.
Iklan dari situs penggalangan dana online KitaBisa, soal diajak bicara oleh orang yang tak dikenal di angkutan umum, memicu perdebatan di kalangan warganet. Ada yang melihat percakapan dengan orang asing berpotensi berujung pada pelecehan seksual, sementara kelompok warganet lain menganggap bahwa iklan tersebut justru membuat terharu.
Awalnya seorang warganet membagikan iklan tersebut di Twitter disertai dengan pertanyaan, “Pernah naik KRL dan ketemu sama orang yang ngajak ngobrol walau gak kenal?”. Cuitan tersebut kemudian sudah disebar lebih dari 1.000 kali.
Aksi saling jambak dua perempuan cerminkan masalah KRL di Jabodetabek?
Apakah Anda cuma diam saat melihat pelecehan seksual di angkutan umum?
Di iklan itu tertulis, bahwa orang yang mengajak berbicara meski tidak kenal itu sedang “kangen sama anaknya yang seumuran kamu...Buat kamu mungkin dia kebanyakan basa-basi, tapi buat dia percakapan ini jadi obat kangen yang berarti.”
Ada sebagian warganet yang merasa bahwa iklan itu sukses membuat mereka merasa terharu.
Hak cipta gambar @dyahsyams@dyahsyams
Hak cipta gambar @dyahsyams@dyahsyams
Hak cipta gambar @snrangkasa@snrangkasa
Hak cipta gambar @snrangkasa@snrangkasa
Tetapi yang lebih menonjol adalah tanggapan keberatan dari para warganet, kebanyakan perempuan, yang menyatakan bahwa percakapan dengan orang asing, terutama dengan laki-laki, di angkutan umum sering berujung ke pelecehan.
Ada beberapa warganet perempuan juga yang membagikan kisah akan pelecehan yang mereka alami di angkutan umum yang diawali dari menanggapi percakapan dari orang tak dikenal.
Hak cipta gambar @heyitsmonde@heyitsmonde
Hak cipta gambar @heyitsmonde@heyitsmonde
Hak cipta gambar @sabinaidayu@sabinaidayu
Hak cipta gambar @sabinaidayu@sabinaidayu
Hak cipta gambar @rene_smped@rene_smped
Hak cipta gambar @rene_smped@rene_smped
Hak cipta gambar @peanutandmeh@peanutandmeh
Hak cipta gambar @peanutandmeh@peanutandmeh
Hak cipta gambar @thiyut@thiyut
Hak cipta gambar @thiyut@thiyut
Namun ada juga yang menanggapi iklan tersebut dengan netral atau malah menyarankan adanya penjelasan tambahan sehingga terkesan tak hanya satu pihak yang “menuntut dipahami”.
Hak cipta gambar @audhinafh@audhinafh
Hak cipta gambar @audhinafh@audhinafh
Hak cipta gambar @nikukuni_@nikukuni_
Hak cipta gambar @nikukuni_@nikukuni_
Hak cipta gambar @alyrmdn@alyrmdn
Hak cipta gambar @alyrmdn@alyrmdn
Lewat akun media sosialnya, platform KitaBisa.com menyatakan bahwa mereka telah meminta maaf dan akan menurunkan iklan tersebut, serta menggantinya dengan konten lain.
Hak cipta gambar @kitabisacom@kitabisacom
Hak cipta gambar @kitabisacom@kitabisacom
Vikra Ijas, salah satu pendiri platform penggalangan dana tersebut, kepada BBC News Indonesia menyatakan bahwa, “Orang bisa mendapat dan menginterpretasi pesan secara berbeda-beda, menurut kami masukan dan kritikan itu sangat fair karena itu adalah opini yang dipegang masing-masing.”
100 Women: Apakah moda transportasi khusus perempuan kurangi pelecehan?
Menggesek dan lain-lain: cerita pelecehan seksual terhadap perempuan di KRL
Menurutnya, narasi utama dalam iklan yang ingin mereka tampilkan adalah untuk berempati di bulan Ramadan.
“Kita melihat bahwa kondisi di kereta (KRL) itu banyak menjadikan cuplikan-cuplikan yang bisa membuat kita berempati di bulan Ramadan, tapi ternyata setelah kita publikasi kontennya, ada salah satu yang paling menonjol mendapat kritikan dan masukan dari publik.”
Kisah kesaksian tentang pelecehan di kereta commuter telah beberapa kali dibagikan dan menjadi perbincangan di media sosial, baik oleh korban sendiri maupun mereka yang menjadi saksi terjadinya pelecehan.
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.