简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Hak atas fotoAntarafotoPolemik yang sempat terjadi antara Djarum Foundation dan Komisi Perlindungan
Hak atas fotoAntarafoto
Polemik yang sempat terjadi antara Djarum Foundation dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tentang audisi bulu tangkis menyoroti suatu masalah dalam pembibitan atlet di Indonesia.
KPAI melihat ada problem dalam yayasan yang berafiliasi dengan perusahaan rokok mensponsori pembinaan atlet muda. Di sisi lain, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mengakui bahwa peran mitra dari industri dibutuhkan dalam pembibitan atlet.
Polemik tersebut membuat PB Djarum mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan sementara audisi umum pada tahun depan — langkah yang membuat KPAI dikritik berbagai kalangan, mulai warganet sampai mantan atlet profesional.
Pasalnya, Djarum merupakan salah satu perusahaan yang berperan besar dalam menciptakan atlet-atlet bulu tangkis ternama. Sejak tahun 2006, Bakti Olahraga Djarum Foundation mengadakan audisi tahunan untuk mencari bibit-bibit muda pemain bulu tangkis dari seluruh Indonesia. Mereka yang terpilih akan mendapatkan beasiswa bulu tangkis.
Tapi akhirnya PB Djarum dan KPAI, dengan mediasi Kemenpora, memutuskan untuk berdamai. PB Djarum setuju untuk menghapus logo, merk, dan brand image Djarum dari seragam anak-anak.
Dilema penghentian audisi beasiswa bulutangkis Djarum: Antara 'eksploitasi anak' atau cekaknya anggaran pemerintah?
Djarum Foundation dan KPAI berdamai, audisi beasiswa bulutangkis berlanjut
Mendengarkan musik sambil berolahraga: Apa lagu yang tepat?
Meskipun polemik tersebut telah berakhir, pengamat olahraga Amal Ganesha Warganegara memandang kekhawatiran masyarakat akan diberhentikannya audisi Djarum menunjukkan bahwa proses pembibitan atlet di Indonesia selama ini bergantung pada satu-dua perusahaan saja.
Itu karena menurutnya olahraga belum menjadi industri yang mapan, yang digerakkan oleh pasar.
“Harusnya sistemnya itu bagaimana menciptakan industri olahraga profesional yang tumbuh. Jadi ini tuh otomatis, tanpa mengandalkan satu-dua perusahaan swasta.”
Direktur eksekutif Ganesport Institute itu memandang proses pembentukan atlet dari tingkat akar rumput sampai tingkat elite di Indonesia belum berjalan dengan baik. Menurutnya, selama ini pemerintah hanya fokus pada cara mendapatkan medali.
“Padahal sebelum menjadi atlet elite dia harusnya dipupuk dulu melalui proses yang benar dan baik dari usia dini. Nah untuk atlet usia dini sampai usia menengah, 13-14 tahun, perhatiannya kurang, saya lihat,” ujarnya.
'Anggaran yang terbatas' untuk pembibitan atlet
Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga Gatot Dewa Broto tidak membantah bahwa industri olahraga di Indonesia belum terstruktur secara baik. “Masing-masing masih parsial bergerak,” katanya kepada BBC News Indonesia.
Gatot bahwa kementeriannya turun tangan dalam pembibitan atlet melalui Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) dan Sekolah Olahraga (SKO) di seluruh Indonesia. Program tersebut telah melahirkan atlet-atlet kaliber internasional seperti Lalu Muhammad Zohri dan Eggi Maulana Fikri.
Namun demikian Gatot mengakui bahwa anggarannya terbatas. “Dan tentu saja dengan keterbatasan anggaran, jumlah yang dihasilkan juga terbatas,” ujarnya kepada BBC News Indonesia.
“Nah di tengah keterbatasan itu kita butuh kemitraan bersama industri-industri yang lain, yang mereka bisa menjadi 'bapak angkat' dari cabang olahraga. Cuma yang jadi persoalan, BUMN dan BUMS (perusahaan swasta) itu pada umumnya mereka milih-milih. Dan itu bukan hal yang salah.”
Hak atas fotoAntarafoto
Akibatnya, cabang olahraga yang tidak populer kesulitan mencari 'bapak angkat', imbuh Gatot.
Salah satu cabang olahraga berprestasi yang proses pembibitannya sebagian besar disokong pemerintah adalah angkat besi. Kepala bidang pembinaan dan prestasi PB PABBSI, Alamsyah Wijaya, mengatakan bahwa sejak 2016 pihaknya bekerja sama dengan Asisten Deputi Bidang Pembibitan dan IPTEK Keolahragaan di Kemenpora.
Proses pembibitan di cabor angkat besi, Alamsyah menjelaskan, dimulai dari identifikasi bakat atau disebutnya talent identification. Dari proses tersebut, para calon atlet menjalani pengembangan bakat di klub. Setelah itu, mereka dibawa ke PPLP.
“(Dari pusat pelatihan pelajar) Kita sediakan juga pertandingannya, kita lihat beberapa yang terbaik dari mereka, kita masukkan ke pelatnas yunior kita. Pelatnas remaja dan yunior namanya. Dari situ, dia naik ke level dunia,” tutur Alamsyah.
Namun minimnya sponsor tidak menjadi masalah bagi cabor angkat besi, menurut Alamsyah, karena “biayanya tidak begitu besar”. Program identifikasi bakat di angkat besi berbeda dari olahraga seperti bulu tangkis.
Kita menyebut [angkat besi] individual sport, dan kita secara teknis tidak serumit bulu tangkis. Dan dalam cabor yang secara teknik tidak rumit, program identifikasi itu kemungkinan suksesnya ada.
“Tapi kalau dalam bulu tangkis dia mesti cari sebanyak mungkin bibit, mungkin dia baru dapat satu nanti,” tuturnya.
Saat ini PB PABBSI tengah menjalin kerja sama sponsor dengan perusahaan suplemen Amerika, Herbalife. Perusahaan tersebut memberi sokongan dalam bentuk produk, bukan uang. Mitra lainnya yang pernah membantu mereka dalam hal nutrisi adalah perusahaan daging asal Australia, Elders.
Alamsyah memaklumi bila tidak banyak perusahaan yang tertarik menjadi sponsor angkat besi.
“Karena kita enggak bisa exposure mereka. Bulu tangkis dia tanding level sirkuit nasional aja sudah live di televisi. Live angkat besi di TV dikasih makan siang pun untuk nonton mana mau. Enggak menarik buat mereka.”
Hak atas fotoAntarafotoImage caption
Sepak bola, selain bulu tangkis, adalah cabang olahraga terpopuler di Indonesia.
Pengusaha Luki Wanandi mengatakan bahwa ada persepsi dari dunia usaha bahwa olahraga di Indonesia belum terbina dengan baik. Ia menilai bahwa bulu tangkis dan sepak bola adalah cabor yang mendapat paling banyak perhatian, sementara cabang olahraga lainnya “dianaktirikan”.
Luki mengaku pernah menjadi bendahara di Persatuan Panahan Indonesia (Perpani). Selama satu tahun terlibat dalam olahraga panahan, tuturnya, ia melihat dukungan dari pemerintah dalam bentuk pendanaan, fasilitas, dan alat “setengah serius”.
“Kemudian kalau diminta dari perusahaan-perusahaan, mereka melihat 'Ah cabang apa ini... apakah dengan mendukung mereka brand saya bisa terangkat',” kata Luki kepada BBC News Indonesia.
Grup usaha yang dipimpin Luki, Santini, baru-baru ini membeli saham minoritas di klub Liga Inggris Tranmere Rovers FC. Luki mengatakan pihaknya pada klub yang baru dipromosikan ke Liga Satu itu antara lain karena mereka memiliki akademi pelatihan yang bagus, dan ia berharap bisa membawa program itu ke Indonesia.
“Jadi dia itu mendidik anak-anak dari umur 12-13 tahun untuk menjadi pesepak bola profesional. Mereka juga punya aset, dalam arti stadion. Hal ketiga yang bikin kita tertarik itu karena program CSR yang menyekolahkan anak-anak berbakat dari mantan berandalan,” tuturnya.
Hak atas fotoAntarafotoImage caption
Pengamat olahraga Amal Ganesha berpendapat pemerintah perlu membuat dunia usaha untuk tertarik mensponsori olahraga di Indonesia.
Gatot Dewa Broto mengatakan Kemenpora secara rutin mengajak dunia usaha untuk melakukan pembibitan. Perlu diakui, olahraga yang paling populer bagi dunia usaha adalah bulu tangkis, kemudian sepak bola.
Tapi pengamat olahraga Amal Ganesha berpendapat pemerintah perlu merangsang pertumbuhan industri olahraga dengan membuat kebijakan yang bersifat atraktif.
“Misalnya kalau ada perusahaan [yang mensponsori cabang olahraga] maka kena insentif pajak, pajaknya berkurang sekian persen. Idealnya memang industri olahraga profesional kita menjadi market-driven sehingga bukan uang APBN lagi yang membiayai,” ujarnya.
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.